Irak hanya bisa mengatasi krisis listri dengan hanya membangun pembangkit tenaga nuklir bernilai 40 miliar dolar, kata seorang pejabat Irak.
Irak, yang menguasai cadangan minyak mentah terbukti terbesar ke-5 di dunia, perlu menghasilkan 62 gigawatt (GW) listrik pada tahun 2030 untuk memenuhi permintaan domestik, kata Kamal Lateef, mantan direktur Komisi Irak untuk pengendalian sumber radioaktif.
Dikutip oleh Shafaq News dan publikasi Irak lainnya, Lateef mengatakan jumlahnya tidak besar mengingat fakta bahwa memproduksi listrik dari minyak, gas, dan sumber tradisional lainnya akan merugikan Irak lebih banyak dalam hal hilangnya bahan bakar fosil.
Lateef mencatat bahwa pengeluaran untuk pembangkit listrik yang dijalankan hidrokarbon akan mencapai lebih dari 19 persen pendapatan nasional Irak dibandingkan dengan standar internasional sebesar 5 persen.
“Solusi terbaik untuk mencapai swasembada listrik di Irak adalah dengan membangun reaktor nuklir bersama dengan proyek energi terbarukan lainnya… reaktor nuklir dapat memastikan setidaknya 10 GW kebutuhan listrik Irak,” kata Lateef.
“Mengingat kerugian minyak dan gas yang besar untuk pengoperasian pembangkit listrik, investasi reaktor nuklir dapat diimbangi hanya dalam waktu empat tahun,” tambahnya.
Pada minggu sebelumnya kedutaan Rusia di Baghdad menyebut bahwa Irak dan Rusia telah sepakat untuk pembangunn PLTN untuk mengatasi krisis listrik.
Irak sebelumnya telah mengajukan proposal ke PBB untuk pembangunan beberapa PLTN.