Mereka yakni Dr Ing Khafid, ahli geodesi dari Badan Informasi Geospasial RI; Dr Eng Rinto Anugraha, ahli falak dan dosen UGM; Drs H Slamet Hambali MSI, anggota Badan Hisab Rukyah RI serta ahli falak dari UIN Walisongo; serta Dr H Ahmad Izzuddin MAg, Ketua ADFI dan Kaprodi S2 Pascasarjana UIN Walisongo.
Seminar yang digelar prodi S2 Ilmu Falak Fakultas Syari’ah, Rabu (4/5) mengusung tema “Pengembangan dan Pembelajaran Ilmu Falak di Perguruan Tinggi”. Para dosen dilatih cara mengukur kiblat menggunakan teodolit tingkat lanjut.
Dr Ing Khafid menyampaikan bahwa pemahaman ilmu falak modern harus dibarengi dengan pengetahuan sains dan ilmu astronomi. Ketiganya merupakan satu kesatuan ilmu yang berkaitan.
“Pengembangan ilmu falak modern merupakan ilmu astronomi modern yang diterapkan untuk kepentingan ibadah dalam islam. Oleh karena itu ilmu falak modern tetap harus dipertimbangkan dalil-dalil syar’i (fikih) dalam pelaksanaan ibadah,” ujarnya.
Dia menjelaskan, ilmu falak dan astronomi memiliki identitas yang sama yaitu berdasarkan hasil pengamatan dan pemodelan.
Menurutnya untuk lebih mengenalkan pendidikan ilmu falak di perguruan tinggi, perlu disusun roadmap kurikulum dan penguatan mata kuliah dasar untuk mendukung pemahaman keberhasilan mata kuliah utama.
More
About Admin2
HumSpace merupakan blog Batak Space Research Center in Humbang Hasundutan (BSRCHH). Berusaha untuk menggairahkan riset antariksa di Humbang Hasunduta. Kirim masukanmu ke redaksi.dekho@gmail.com.
0 comments:
Post a Comment